Liverpool
Football Club (dikenal
pula sebagai Liverpool atau The Reds) adalah sebuah
klub sepak bola peserta Liga
Utama Inggris. Liverpool adalah klub tersukses
dalam sejarah persepakbolaan Inggris yang bermarkas di kota Liverpool. Liverpool telah memenangkan 5
tropi Liga
Champions (dulu Piala Champions), yang merupakan rekor Inggris.18
gelar Liga
Inggris, 7 Piala FA, serta, 7 kali juara Piala
Liga. Stadion
mereka berada di Anfield, yang terletak sekitar 4,8 km dari
pusat kota Liverpool.
Lambang
'Liver Bird' pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada partai final
Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah menjadi bagian dari
perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool ini mengalami perubahan pertama
pada musim kompetisi 1955/56 dimana gambar 'Liver Bird' berada di dalam
lingkaran ouval dan tulisan L.F.C berada di bawah 'Liver Bird'. Lambang versi
ini bertahan sampai tahun 1968.
Pada tahun
1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub yang lebih modern.
Lambang 'Liver Bird' langsung disulam ke seragam pemain dengan menyingkirkan
garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan menghilangkan lingkaran ouval. Lambang
ini bertahan sampai tahun 1987, dimana pada tahun 1985 sponsor seragam berubah
dari UMBRO kepada ADIDAS.
Seiring
dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada tahun 1987
mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali berada di dalam
tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali ini penulisan Liverpool
Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak di singkat. Lambang ini bertahan
sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC akan mengadakan perayaan hari jadi yang
ke 100 tahun.
Untuk
merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Penambahan ornamen 'Shankly Gates' dengan tulisan 'You'll Never
Walk Alone' di atas tameng 'Liver Bird' dimaksudkan untuk mengingatkan jasa
manajer Bill Shankly yang telah menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC. Di
dalam tameng terdapat tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan lambang
'Liver Bird'. Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka 1892-1992.
Tahun 1993
lambang klub kembali berubah dengan penambahan kobaran api kembar di kedua sisi
tameng 'Liver Bird'. Kobaran api kembar ini untuk mengenang para Liverpudlian
yang menjadi korban pada tragedi Hillsborough. Lambang Liverpool terakhir ini
tidak banyak mengalami perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang Liverpool FC
yang sekarang ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan komposisi 2 warna. Tetapi
sejak tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat dengan 'full colour' seperti
sekarang ini.
Salah satu
klub tersukses di Inggris Raya. Didirikan pada 1892 akibat perseteruan antara
Komite Everton FC dengan John Holding sebagai Presiden Club yang juga pemilik
stadion Anfield. Akibat dari perseteruan itu, Everton akhirnya pindah ke
stadion Goodison Park dan John Holding menjadikan stadion Anfield sebagai
kandang Liverpool FC sampai sekarang. Klub sempat diberi nama Everton FC and
Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, namun FA menolak
mengakui ada dua tim bernama Everton. Akhirnya pada bulan Juni 1892 John
Houlding pun akhirnya memilih nama Liverpool FC. Liverpool menjelma kekuatan
serius di kompetisi sepakbola Inggris.
Pada musim
pertamanya, Liverpool FC berhasil menjuarai Lancashire League sebelum akhirnya
bergabung dengan Divisi II Liga Inggris pada musim 1893/94. Pada musim
pertamanya di Divisi II Liga Inggris, Liverpool FC langsung menjadi juara dan
berhak untuk promosi ke Divisi I Liga Inggris ( sekarang Premiere League ). Tak
butuh lama bagi Liverpool untuk mencicipi gelar di liga, karena pada musim
pertamanya di Divisi I ini (musim 1900/01), Liverpool sukses menjuarai Divisi
Satu dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian. Liverpool FC sukses meraih
juara liga 2 musim berturut-turut yaitu musim 1921/22 dan 1922/23, namun tidak
mendapatkan tropi lagi sampai musim 1946/47 ketika berhasil meraih gelar
liganya yang ke 5. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meskipun
akhirnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah mengarungi Divisi I selama
lebih dari 50 tahun, akhirnya Liverpool FC mengalami kemerosotan dan
terdegradasi ke Divisi II pada musim 1953/54.
Liverpool
sempat terseok-seok sebelum akhirnya Bill Shankly datang sebagai manajer pada
bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan melepas
24 pemain lama dan menggunakan sebuah ruangan di stadion Anfield untuk
menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yang
berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di kemudian hari. Di
ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya seperti Bob
Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai membangun kekuatan Liverpool FC
yang membuat iri tim musuh. Hasil dari renovasi yang dilakukan oleh Bill
Shankly mulai membuahkan hasil ketika berhasil promosi ke Divisi I pada musim
1961/62 dan menjadi juara liga pada musim 1963/64. Setelah menjuarai Piala FA
yang pertama pada tahun 1965 dan menjuarai Liga pada musim 1965/66, Bill
Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara Liga dan piala UEFA pada musim
kompetisi 1972/73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar
piala FA setelah membantai Newcastle United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa
gelar piala FA itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill Shankly.
Karena secara tiba-tiba Bill Shankly memutuskan untuk pensiun. Pemain dan
Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha untuk
membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melakukan mogok
kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat
manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun
pada tahun 1974 dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.
Kejayaan
Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada saat itu
berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool FC dari tahun 1974
sampai 1983 dan hanya pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar
untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer
Liverpool FC, beliau memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champion, 1
Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara berturut-turut. Dengan
semua gelar itu tidak salah bila Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang
pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar untuk
Liverpool FC, tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melakukan regenerasi di
tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda seperti : Graeme
Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan
mewariskan sebuah skuad muda yang sangat hebat dan berbakat, tetapi dengan
semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Sebagai
penerus Bob Paisley yang pensiun di tahun 1983, Joe Fagan yang pada saat itu
berusia 62 tahun, berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara
Liga, juara Piala Liga dan juara Piala Champion. Raihan ini menjadikan Liverpool
FC sebagai klub sepakbola Inggris yang berhasil meraih 3 gelar juara sekaligus
dalam 1 musim kompetisi. Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh
insiden di stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final
Piala Champion antara Liverpool FC dan Juventus ini menewaskan 39 orang,
sebagian besar adalah pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan
bagi semua klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun.
Dan Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang
akhirnya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa
bersalah atas peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Heysel. Setelah peristiwa
mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memberikan tongkat manajerial
selanjutnya kepada Kenny Dalglish yang ditunjuk sebagai player-manager. Joe
Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool FC kepada Kenny Dalglish yang pada
saat itu sudah menjadi pemain hebat tetapi masih harus membuktikan kapabilitas
sebagai seorang manajer.
Pada masa
kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris
sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara
Liga Inggris dan juara Piala FA pada musim kompetisi 1985/86. Bila tidak terkena
sangsi dari UEFA, bisa dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk
merebut Piala Champion pada saat itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa
kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu
Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham
Forrest tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk
ke dalam stadion yang mengakibatkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit
pagar pembatas stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian meninggal di
tempat kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1
Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun. Akibat
Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan penelitian kembali
mengenai faktor keamanan stadion sepakbola di negaranya. Dikenal dengan sebutan
Taylor Report, menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini adalah
faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion karena kurangnya antisipasi
dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang
yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris untuk meniadakan tribun berdiri.
Setelah menjadi saksi hidup dari tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough,
'King' Kenny Dalglish tidak pernah bisa lepas dari trauma yang menghinggapi
dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 beliau mengumumkan pengunduran
dirinya sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia
sepakbola pada saat itu, karena Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan
Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh Kenny
Dalglish pada saat itu adalah tidak bisa lagi menghadapi tekanan dalam
menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani oleh
pelatih tim utama Ronnie Moran sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme
Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang
sebagai legenda terhebat Liverpool FC karena sangat sukses baik sebagai pemain
maupun manajer.
Perginya
'King' Kenny Dalglish dan 2 tragedi yang mengerikan ( Heysel dan Hillsborough )
sepertinya memberikan trauma, hukuman atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool
Football Club. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan
Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala FA pada tahun 1992,
tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan strategi
yang sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak konsisten pada
musim itu. Hal lain yang memperburuk hubungan Souness dan Liverpudlian adalah
ketika Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung
kepada koran The Sun. Seperti diketahui bahwa masyarakat di Merseyside
memboikot koran The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai tragedi
Hillsborough. Pada 28 Januari 1994 Graeme Souness akhirnya mengundurkan diri
sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari Piala Liga dan Piala FA.
Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool
FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir.
Walaupun secara raihan gelar juara Graeme Souness tidak sukses, tetapi pada
masa kepemimpinannya banyak lahir talenta muda diantaranya : Robbie
Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer
Liverpool selanjutnya adalah pelatih senior Roy Evans yang sudah bersama
Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada musim 1994/95 Liverpool menduduki
peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan
mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan
ciri khas permainan Liverpool yaitu 'pass and move'. Tetapi permainan apik dan
indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan agresifitas
yang memadai dari para pemainnya, sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering
disebut 'Spice Boys'. Selain semakin matangnya pemain seperti : Robbie
Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans
muncul bakat muda bernama Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi
PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada musim
kompetisi 1998/99 Liverpool FC menarik pelatih asal Prancis Gerard Houllier
untuk berpartner dengan Roy Evans sebagai 'joint manager'. Tetapi Roy Evans
merasa tidak cocok bekerjasama dengan Gerard Houllier, sehingga mengundurkan
diri pada bulan November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal, Houllier
merombak total tim dengan memasukan pemain seperti : Sami Hyypia, Stephan
Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister dan Emile Heskey.
Selain muncul bintang muda Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan
bakat muda dengan talenta luar biasa bernama Steven Gerrard. Tahun 2001 menjadi
tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan prestasi di
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga,
Piala FA, Piala UEFA, Piala Charity Shield dan Piala Super UEFA. Keberhasilan
ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool untuk dapat meraih gelar juara
Liga Inggris yang terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC
berhasil meraih Piala Liga dan menduduki peringkat ke 4 pada musim 1993/94
sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil
memberikan sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan
Gerard Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris.
Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat mudah diantisipasi oleh
lawan, sehingga pada 24 Mei 2004 Gerard Houllier digantikan oleh Rafael
Benitez.
Rafael Benitez
datang ke Liverpool FC setelah berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga
Spanyol 2 kali dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi juara
Liga Inggris kembali membumbung tinggi setelah Benitez berhasil membawa
Liverpool FC menjuarai Liga Champions untuk yang ke 5 kalinya. Pada final yang
dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC berhasil
mengalahkan AC Milan setelah tertinggal 0-3 di babak pertama. Tetapi gol dari
kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer dan penalti Xabi Alonso berhasil membawa
Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Kiper Liverpool FC
Jerzy Dudek menjadi pahlawan setelah berhasil menahan tendangan penalti
Shevchenko. Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan
kapten dan legenda hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub
lain. Keputusan yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC
kemudian dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan
mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow dengan skor 3-1. Piala FA tahun 2006
menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez untuk Liverpool
FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town
dengan skor 5-3, MU 1-0, Birmingham City 7-0 dan mengalahkan Chelsea 2-1 di
semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United
dengan Steven Gerrard sebagai Man Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan
untuk gol pertama, melakukan tendangan voli untuk gol ke 2 dan melakukan
tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3 akhirnya
pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan adu penalti.
Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melakukan kesalahan
fatal, tetapi pada saat adu penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan pemain
West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan
dicatat sebagai partai final terbaik di era modern Piala FA. Setelah memenangi
Piala Community Shield tahun 2006 dan berhasil mencapai final Liga Champions
2007, musim-musim berikutnya menjadi musim tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan
Liverpool FC. Satu-satunya kabar yang menggembirakan bagi Liverpudlian adalah
kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth Academy
pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhaenti pada tanggal 3 Juni 2010 dan
digantikan oleh Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool
FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika
dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan pada tahun 2010 ketika Liverpool
FC di ambil alih New England Sports Ventures milik John W. Henry.
1 Juli 2010
Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama tiga tahun. Pada keterangan
pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga bisa menangani klub sebesar Liverpool
FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan para pemain, Liverpudlian dan ingin
segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi di Liverpool FC pada saat itu masih
sangat tidak menentu karena sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk
pikuk berita tentang kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan
sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC pada saat itu. Liverpool FC pun
akhirnya mengawali musim 2010/11 dengan sangat buruk. Sampai pertengahan bulan
Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari klub divisi II
Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi ancaman pengurangan 9 poin
dari FA bila tidak bisa menyelesaikan situasi internal. Akhirnya pada bulan
Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson sepakat untuk mengakhiri kerjasama
dan posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke
2 kalinya sampai akhir musim.
Tepatnya 8
Januari 2011 'King' Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai manajer Liverpool FC
untuk yang ke 2 kalinya. Walaupun pada pertandingan perdana mengalami kekalahan
di Piala FA, tetapi 'King' Kenny Dalglish berhasil mengembalikan performa
pemain dan ciri khas 'pass and move' Liverpool FC. Buktinya 'King' Kenny
Dalglish berhasil mengangkat Liverpool FC dari zona degradasi ke posisi 6
klasemen sementara Liga Inggris. Hasil ini tidak lepas dari keberanian 'King'
Kenny Dalglish untuk menjual pemain bintang seperti Fernando Torres kemudian
membeli Luis Suarez dari Ajax Amsterdam dan Andy Caroll dari Newcastle United.
Keberanian dalam hal memasang pemain muda seperti : Martin Kelly, Jay
Spearing dan Danny Wilson pun layak diacungi jempol. Raihan inilah yang membuat
banyak pihak mendesak agar 'King' Kenny Dalglish di kontrak secara permanen
sebagai manajer Liverpool FC.